10Tarian Tradisional Daerah Sulawesi Tenggara, Gambar dan Penjelasannya Oleh silontong Diposting pada Oktober 10, 2018 Tarian tradisional daerah Sulawesi Tenggara merupakan budaya Indonesia yang harus terus ada sampai kapan pun juga. Dari Sabang sampai Merauke, beraneka ragam seni tari yang dimiliki sebagai khazanah kekayaan budaya. Penampilantarian ini dalam acara hiburan bertujuan untuk menunjukkan kesenian khas dari Sulawesi Selatan. Para penari selain menggunakan pakaian yang menarik juga menggunakan berbagai aksesoris. Misalnya konde tusuk emas, gelang, anting dan kalung. Gambar Tari Kipas Pakarena . Tarian Sulawesi Utara – Sulawesi Utara merupakan provinsi yang memiliki suku dan etnis beragam seperti 4 suku mayoritas Suku Gorontalo, Suku Minahasa, Suku Sangihe Talaud dan juga Suku Bolaang Mangondow. Ada begitu banyak warisan budaya yang bisa diangkat dari daerah ini, namun dalam kesempatan ini akan kami jelaskan tentang beberapa tarian khas serta gambar tarian Sulawesi Utara untuk menambah wawasan anda seputar wawasan nusantara. Daftar Nama Tarian Sulawesi UtaraTari KabasaranTari KatriliTari MahambakTari TumatendenTari TatangesanTari PasasanggaramaTari MokosambeTari MaengketTari Gunde Tari Kabasaran Tari kabasaran merupakan tarian Sulawesi utara jenis tarian perang masyarakat Minahasa. Tari ini umumnya dilakukan para penari pria memakai baju perang lengkap dengan senjata seperti tombak, perisai dan juga pedang. Dari catatan sejarah, tarian daerah Sulawesi utara ini sering dilakukan prajurit Minahasa sebelum atau sepulang dari berperang. Para penarinya sendiri harus keturunan penari kabasaran sebelumnya sebab keluarga penari umumnya mempunyai senjata khusus yang akan diwariskan turun menurun. Karena sifat tari yang sakral, maka tari kabasaran tidak bisa dilakukan oleh orang sembarangan. Untuk sekarang, tari ini dikembangkan menjadi tari pada upacara adat, penyambutan dan juga acara budaya lain seperti penghormatan pada leluhur yang sudah gugur di medan perang. Nama tarian ini memiliki arti ayam jantan dimana bagi masyarakat Minahasa, ayam jantan adalah simbol keberanian atau kejantanan. Ini bisa dilihat dari wajah para penari yang menampilkan ekspresi garang dan gagah berani. Kata wasal yang disebut dengan kawasalan berarti menari seperti ayam jantan ketika sedang bertarung. Dengan berkembangnya bahasa Melayu Manado, maka kawasalan berubah menjadi kata kabasaran yang juga memiliki arti sama. Tari Katrili Tari katrili yang merupakan tarian dari Sulawesi Utara ini masuk dalam jenis tari pergaulan atau tari hiburan. Tarian akan dilakukan pria dan wanita yang menjadi perpaduan dari budaya Eropa dengan budaya Minahasa sehingga jika dilihat tampak seperti tarian modern namun sudah ada sejak dulu. Tari katrili menurut sejarah sudah ada sejak bangsa Spanyol dan Portugis datang ke Sulawesi Utara untuk membeli hasil bumi. Karena hasil yang didapat sangat banyak, maka mereka merayakannya dengan menggelar pesta meriah serta tarian berpasangan antara pria dan wanita. Mereka juga mengajak pribumi khususnya Suku Minahasa untuk ikut dalam perayaan dan semakin lama menjadi kebiasaan para masyarakat meski bangsa Spanyol dan Portugis sudah pergi sehingga tercipta tari katrili yang diambil dari bahasa Eropa Quadrille. Tari Mahambak Tari mahambak merupakan tari tradisional anak Suku Bantik yang bersifat massal dan dilakukan penari pria dan wanita. Dalam tarian tradisional Sulawesi utara ini, para penari akan melakukan gerakan yang khas diiringi dengan nyanyian adat bertema persatuan dan kerukunan masyarakat Suku Bantik. Suku Bantik menurut sejarah terpencar di beberapa daerah Sulawesi Utara seperti Molas, Malalayang, Boyong serta daerah lain. Media komunikasi yang sulit saat itu membuat pertemuan menjadi hal yang berharga dan dirayakan dengan menari tarian mahambak. Tarian mahambak memiliki arti bergembira dan bersukacita yang juga mengandung nilai persatuan dan kebersamaan. Tari Tumatenden Nama tarian Sulawesi Utara selanjutnya adalah tari tumatenden yang diangkat dari cerita rakyat Minahasa. Tarian ini bercerita tentang kisah cinta seorang petani dengan bidadari yang kemudian dikemas dalam bentuk tarian diiringi dengan musik tradisional tanpa dialog. Jika dilihat dari fungsi, tarian ini berguna sebagai hiburan atau pertunjukkan masyarakat, Gerakan dalam tarian memberi gambaran tentang kehidupan dalam cerita sehingga bisa lebih mudah dimengerti sekaligus dinikmati. Tari Tatangesan Tari tatangesan adalah tarian di Sulawesi Utara yang bercerita tentang perjuangan masyarakat desa ketika melawan bajak laut Mindanou yang datang dari perairan Filipina. Bajak laut tersebut sering mengganggu aktivitas masyarakat sehingga semangat untuk melawan para bajak laut dikobarkan dengan syair dan lagu berjudul kiting kiting. Gerakan dalam tarian ini merupakan perpaduan unsur nilai sejarah dengan tradisi kebudayaan masyarakat Minahasa yang dituang dalam 9 karakteristik gerakan berpadu dengan musik etnis khas Minahasa dengan pola komposisi dasar 3 nada. Tarian biasanya dilakukan 9 orang atau lebih oleh wanita dan pria dengan iringan alat musik seperti suling bambu, kolintang, tambur, momongan dan juga tetengkoren. Tari Pasasanggarama Ini merupakan tarian di Sulawesi utara yang lebih tepatnya berasal dari Kabupaten Talaud. Tarian tradisional ini diangkat dari cerita masyarakat Talaud untuk menggambarkan tatanan hidup sosial dulu kala sehingga terkenal dengan semboyan kebersamaan, sansiote sampate pate”. Unsur kebersamaan kemudian diekspresikan dalam gerakan dari para penari beserta musiknya. Kata pasasanggarama sendiri berarti saling memberikan tumpangan antara yang satu dengan yang lain. Ketika ditampilkan, tarian Sulawesi utara ini dilakukan 24 pasang pria dan wanita yang diiringi alat musik tradisional seperti tambur, gitar dan keroncong. Tari Mokosambe Tarian asal Sulawesi Utara ini berasal dari Bolaang Mengondow yang diciptakan Hazard Simanon dan sumbe cerita rakyat Bapak Bernard Ginupit. Tarian ini diangkat dari kisah 7 putri atau bidadari yang turun dari khayangan untuk mandi di lereng Gunung Kamasaan di Kec. Sang Tombolang Bolaang Mongondow. Salah satu sayap dari putri tersebut direbut putra Raja bernama Mokosambe sehingga putri bernama Bua Poyandi tidak bisa kembali ke khayangan. Putri kemudian dipersunting Mokosambe dan ada juga penghuni goa yang ternyata memiliki niat sama untuk mempersunting putri bungsu dan akhirnya kisah tersebut dijadikan sebuah tari bernama tari mokosambe. Tari Maengket Tarian maengket Sulawesi Utara lebih tepatnya berasal dari Manado dimana maengket berarti engket yakni mengangkat tumit kaki naik turun. Dengan tambahan ma di depan kata engket, maka bisa diartikan sebagai menari dengan naik dan turun. Ini menjadi tarian tradisi masyarakat Minahasa yang masih ada hingga sekarang dan sudah dikenal sejak masyarakat Minahasa mengenal pertanian. Dulu tari ini dilakukan ketika panen sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan. Tari maengket terdiri dari 3 babak yakni Maowey Kamberu, Marambak dan juga Lalayaan. Maowey kamberu merupakan tarian yang dilakukan untuk ucapan syukur atas panen berlimpah. Sedangkan marambak merupakan tarian yang memperlihatkan semangat bergotong royong sekaligus menjadi lambang muda mudi Minahasa yang sedang mencari pasangan. Tari Gunde Tari gunde merupakan tarian Sulawesi utara lebih tepatnya dari daerah Sangihe yang biasa ditarikan oleh para wanita dengan gerakan khas serta musik tradisional. Dalam bahasa setempat, gunde memiliki arti pelan atau lambat yang terlihat dari gerakan lemah gemulai dalam tarian ini sebagai lambang kesucian dan kelembutan seorang wanita. Untuk masyarakat Sangihe, tarian ini menjadi tarian yang sakral dan memiliki filosofi tersendiri untuk mereka. Dulu tarian ini digunakan untuk penyembahan pada Genggona Langi yakni sang pencipta alam yang juga menjadi tarian istana karena sering dipertunjukkan di lingkungan istana. Para penari akan melewati proses seleksi sehingga hanya penari terbaik yang bis menarikan tarian daerah Sulawesi Utara ini dan harus masih gadis. Para penari nantinya akan memakai busana adat yang disebut dengan Laku Tepu terdiri dari baju panjang dan kain sarung khas Sangihe. Untuk rambut akan digelung dan dihiasi dengan mahkota kecil. Sementara untuk aksesoris menggunakan anting, gelang, kalung dan kain selempang serta membawa sapu tangan selama melakukan gerakan tarian. - Seperti daerah lain di Indonesia, Provinsi Sulawesi Utara memiliki beragam hasil budaya yang khas. Tak hanya menarik, namun hasil budaya dari masyarakat yang berkembang sejak masa lalu ternyata masih terjaga dan dilestarikan hingga juga 6 Tari Tradisional Kalimantan Timur, dari Tari Datun Ngentau hingga Tari Punan Letto Beberapa hasil budaya dari Sulawesi Utara antara lain rumah adat, pakaian adat, serta berbagai seni pertunjukkan. Baca juga 8 Tari Tradisional Aceh, dari Tari Saman hingga Tari Rapa’i Geurimpheng Seni pertunjukan asal Sulawesi yang bersumber dari budaya dan adat setempat diantaranya adalah seni tari juga 10 Tari Tradisional Bali, dari Tari Kecak hingga Joged Bumbung Tari Tradisional Sulawesi Utara Berikut adalah beberapa tari tradisional asal Sulawesi Utara yang masih banyak dipelajari dan ditampilkan sampai saat ini. 1. Tari Sasambo Tari Sasambo adalah tari tradisional asal Sulawesi Utara yang ditarikan menggunakan iringan tagonggong. Dilansir dari laman Kemendikbud, Sasambo adalah puisi yang terdiri atas dua baris mengandung arti sebenarnya dan arti kiasan, yang mulanya brisi doa dan pujian kepadda Tuhan. Tarian ini bermula dari sebuah kebiasaan yang dilakukan setelah selesai upacara adat yang dilanjutkan dengan menyanyi sasambo dengan iringan tagonggong atau mesambo ringangu metagonggong. Tari Sasambo dilakukan secara berkelompok dengan peran sebagai mesasambone penyanyi, penabuh tagonggong, para penari, dan seorang pemimpin grup. 2. Tari Mopotobong Tari Mopotobong adalah tari tradisional Bolaang Mongondow yang ditarikan secara berkelompok. Tarian Sulawesi Tenggara – Seperti yang diketahui Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki berbagai macam kesenian yang muncul dan terus berkembang hingga sekarang. Kesenian tersebut berkembang sesuai dengan unsur-unsur budaya yang melekat pada daerah setempat. Dari banyaknya kesenian yang dimiliki, salah satu kesenian yang cukup menarik perhatian dari provinsi Sulawesi tenggara adalah seni tari. Jika ditelusuri ternyata ada banyak sekali tarian yang dimiliki oleh daerah ini yang mana memiliki ciri khas dan keunikan yang berbeda-beda. Nah untuk lebih jelas dan tahu apa saja tarian khas Sulawesi Tenggara. Berikut ini akan disajikan beberapa ulasan terkait tarian tradisional khas Provinsi Sulawesi Tenggara yang perlu diketahui, antara lain. Macam Macam Tarian Sulawesi Tenggara1. Tari Tari Tari Tari Tari Tari Tari Tari Tari Dinggu. Macam Macam Tarian Sulawesi Tenggara 1. Tari Mangaru. Tari Mangaru merupakan salah satu tarian khas dari Sulawesi Tenggara yang sudah sangat populer. Tari ini berasal dari daerah Sulawesi Tenggara yakni tepatnya di Desa Konde Kecamatan Kambowa Kabupaten Buton Utara. Tarian tradisional Sulawesi Tenggara ini menggambarkan keberanian laki-laki pada zaman penjajahan atau di medan peperangan. Jika dijabarkan sedikit tari ini menceritakan tentang dua laki-laki ketika berada di medan peperangan. Para penari pun merasakan gerakan-gerakan yang menunjukkan kedua laki-laki yang saling beradu kekuatan dengan menggunakan keris yang dipegangnya. Hampir sama dengan tarian pada umumnya, Tari Mangaru ini juga diiringi dengan musik tradisional khas Sulawesi Tenggara. Biasanya tari ini dipertunjukkan dalam berbagai acara-acara penting yang mengikutsertakan masyarakat setempat. 2. Tari Umoara. Tarian Sulawesi Tenggara dan penjelasannya selanjutnya adalah tari Umoara. Tari Umoara ini merupakan salah satu tarian tradisional khas Sulawesi tenggara yang dipakai untuk menyambut tamu agung. Selain itu tari Umoara ini juga dipertunjukkan ketika upacara pelantikan seorang raja. Hampir sama dengan Mangaru, tari ini juga merupakan tarian perang di Sulawesi Tenggara. Sehingga tidak heran jika tarian ini mempertontonkan kewaspadaan, ketangkasan, menyerang musuh dan juga membela diri dalam sebuah peperangan. Baca Juga Pakaian Adat Sulawesi Tenggara 3. Tari Malulo. Selain Tari Mangaru, kesenian tari yang juga identik dengan Sulawesi Tenggara adalah Tari Malulo. Bagi yang sudah pernah berkunjung ke Sulawesi Tenggara tentu sudah tidak asing dengan tarian tradisional Sulawesi Tenggara yang satu ini. Tari Lula atau yang biasa dikenal dengan nama Tari Malulo ini pada awalnya merupakan tarian sakral yang penuh dengan makna dan filosofi. Namun dalam perkembangannya tari Malulo ini sudah menjadi tarian rakyat yang bisa dilakukan dalam berbagai macam acara baik acara resmi ataupun acara umum. Perlu diketahui, Tari Malulo ini sangat digemari oleh para suku bangsa Tolaki yang mana akan ditarikan pada saat peristiwa tertentu. Misalnya ketika usai panen atau banyak terjangkit penyakit menular, suku bangsa Tolaki akan menarikan tarian ini. Tarian ini juga sering ditarikan ketika menjelang musim panen untuk menghormat para dewi panen. 4. Tari Mowindahako. Tari Mowindahako merupakan tarian adat daerah Sulawesi Tenggara. Tarian ini lebih bersifat eksklusif karena dilaksanakan hanya bagi golongan bangsawan atau anakia. Maksudnya tarian ini hanya dilaksanakan apabila suatu pinangan sudah diterima. Diadakannya tarian Mowindahako ini sebagai wujud rasa senang dan kebahagiaan atas diterima pinangat tersebut. Masyarakat setempat sering menyebut tari Mowindahoko ini dengan nama tarian membesara. beberapa orang menyatakan bahwa tarian ini sebenarnya hampir mirip dengan upacara adat perkawinan. 5. Tari Lariangi. Tarian khas Sulawesi Tenggara selanjutnya adalah Tari lariangi. Tarian ini merupakan tarian yang dipertunjukkan sebagai tarian pembukaan dalam sebuah acara pesta pertemuan sebagai wujud penghormatan. Seperti yang diketahui dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan di Sulawesi tenggara selalu ada apresiasi terhadap para tamu yang datang. Salah satunya dengan menyambut tamu dengan tarian Lariangi ini. Umumnya pada pementasan tarian Lariangi ini ditarikan oleh para penari wanita dan satu laki-laki. Perlu diingat bahwa tidak sembarang orang bisa menarikan tarian ini. Mengapa demikian? Hal tersebut karena tarian ini lebih sering dilakukan oleh para gadis yang berasal dari keturunan bangsawan. Belum diketahui apakah dengan perkembangan zaman yang semakin pesat ini, apakah tarian ini masih dianggap sakral dan dilakukan oleh orang tertentu saja. 6. Tari Gelangi. Selain Tari Mangalu, kesenian tari yang berasal dari kepulauan Buton Raya adalah tari Galangi. Di Sulawesi Tenggara, tarian ini sangat populer dan kental dengan sebutan yang bernuansa tarian perang dalam kerajaan. Tari Galangi sendiri merupakan sebuah tarian yang mengartikan sebuah ungkapan dan spontanitas gerakan dalam bentuk tarian yang mewujudkan bagaimana cara menghadapi musuh. Jika dilihat, ada sebelas kelompok pada Tarian Galangi ini yang mana terdiri dari beberapa kelompok. Pada masing-masing kelompok terdiri dari tujuh orang. berdasarkan sejarah dari Tari Gelangi, kelompok-kelompok tersebut memiliki tugas untuk mempertahankan kesultanan atau kerajaan jika ada serangan musuh. Namun apabila dalam kondisi aman, masing-masing kelompok dalam tarian Gelangi ini memiliki tugas yang berbeda-beda. 7. Tari Moida-Ida. Tari Moida-ida merupakan tarian khas Sulawesi Tenggara selanjutnya uang juga sangat populer. Tarian ini umumnya diiringi dengan nyanyian dan juga alat musik tradisional. Sedangkan bagian penarinya terdiri dari beberapa orang yang berkumpul membentuk lingkaran yang mana masing-masing berpegangan pada seutas sehingga seperti membentuk cincin. Jika dilihat pada sisi bagian atas, penampakan cincin akan sangat jelas terlihat oleh penonton yang menyaksikannya. sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa maksud dari cerita cincin yang dihadirkan pada tarian tradisional ini. Namun beberapa cerita menyebutkan bahwa maksud dari makna cincin pada cerita ini menggambarkan seorang pria yang hendak ingin melamar wanitanya dengan menggunakan cincin. Baca juga Pakaian Adat Sulawesi Utara 8. Tari Lumense. Tari Lumense ini merupakan tarian yang berasal dari Sulawesi Tenggara tepatnya berasal dari kecamatan Kabaena Kabupaten Bombana. Arti dari tarian ini yaitu untuk pemujaan kepada para Dewa. Umumnya tarian ini sering dipersembahkan ketika upacara penyambutan tamu persta-persta rakyat yang ada di Kabupaten Bombana. Kata Lumense sendiri berasal dari kata Lume yang memiliki arti terbang. Sedangkan mense memiliki arti tinggi, oleh karenanya Lumense memiliki arti terbang tinggi. 9. Tari Dinggu. Tari Dinggu merupakan tarian tradisional dari Provinsi Sulawesi Tenggara yang mana merupakan tarian rakyat yang kaya akan makna. Tarian ini menggambarkan sifat kegotong-royongan masyarakat daru suku bangsa Tolaki. Gotong royong yang dimaksud yakni sifat gotong royong yang dilakukan ketika musim panen padi tiba. Umumnya tarian ini ditampilkan oleh para penari wanita dan lagi yang menggunakan kostum atau busana petani pada zaman dulu. Berdasarkan cerita sejarah, tarian ini muncul berawal dari kebiasaan dari masyarakat Tolaki yang melakukan panen padi dengan cara bergotong-royong. Mulai dari aktivitas memetik hingga membawa semua hasil panen padi ke rumah. Setelah kegiatan panen padi selesai dan sudah terkumpul semuanya, maka akan diadakan acara modinggu. Modinggu merupakan kegiatan menumbuk padi hasil panen yang dilakukan secara bersama-sama oleh para muda mudi. Nah demikian beberapa informasi singkat terkait tarian Sulawesi Tenggara dan gambarnya dari daerah Sulawesi Tenggara. Bagaimana sangat menarik dan beragam sekali budaya yang ada di Indonesia, bukan? Semoga informasi terkait kesenian tari di atas memberikan manfaat kepada para pembaca dan agar kedepannya tetap mau menjaga budaya Indonesia yang begitu menarik tersebut. Tarian Sulawesi Selatan – Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi yang terletak di Pulau Sulawesi yang beribu kota di Makassar. Sulawesi Selatan mempunyai luas wilayah Km dengan kepandatan penduduk mencapai jiwa. Di daerah Sulawesi Selatan juga telah menyimpan ragam kuliner dan juga makanan khas yang dapat disantap maupun untuk destinasi tempat wisata yang dapat dikunjungi ketika berlibur. Sulawesi Selatan juga masih sangat kental dengan adat istiadat dan nilai-nilai budaya dengan beragam etnis atau suku yang berada di daerah Sulawesi Selatan ini. Nilai budaya dan juga adat dari Sulawesi Selatan salah satunya yaitu dari tarian tradisional. Dengan adanya penjelasa, dan gambar Anda akan mudah untuk memahami serta mendapatkan gambaran yang jelas tentang contoh-contoh tari yang ada di perovinsi Sulawesi Selatan. Hari jadi kota Makassar yang dikenal sebagai ibu kota Sulawesi Selatan jatuh pada tanggal 19 Oktober 1960 dan juga dampaknya banyak sejarah yang terjadi pula di wilayah tersebut. Sejak pada saat itu, Makassar menjadi daerah yang mempunyai ragam ciri khas, baik itu dari segi sosial masyarakat, suku, budaya, agama, peribadatan, perdagangan, ekonomi dan juga kesenian daerah yang termasuk tarian adat di Sulawesi Selatan didalamnya. Macam – macam Tarian Sulawesi Selatan1. Tari Adat Ma’badonga. Syarat digelarnya Tari Badong2. Syair Lagu Badong2. Tari Adat Ma’Gellu3. Tari Adat Pa’Pangngan4. Tari Adat Pa’gellu5. Tari Adat Pajoge6. Tari Adat Pattennung7. Tari Adat Gandrang Bulo8. Tari Adat Bosara9. Tari Adat Kipas PakarenaA. Properti Tari Kipas Pakarena10. Tari Adat Ma’randing11. Tari Adat Pakkuru Sumange12. Tari Adat ManimbongPenutup Macam – macam Tarian Sulawesi Selatan sumber Tarian adat Sulawesi Selatan tidak bisa dipisahkan dari kesatuan budaya nusantara. Yang harus dapat dipahami yaitu tarian tersebut menjadi pelengkap dari tarian-tarian daerah lainnya, baik tarian yang ada di Pulau Sulawesi dan juga pulau Sumatera bahkan di Jawa, tidak ketinggalan pulau pulau Kalimantan dan Papua. Ini yang dapat membuat Indonesia merupakan Negara kaya, baik dari sisi sumber daya alam maupun dari kebudayaannya. Kekayaan ini tidak dapat diukur dari materi semata. Yang kemudian menjadi sebuah pertanyaan, bagaimana dengan kekayaan pada sumber daya manusia Indonesia. Banyak sekali pesan yang tersirat pada tarian daerah Sulawesi Selatan. Fungsi dari seni tari ini yaitu untuk menggambarkan tentang realitas masyarakat setempat, atau dalam bahasa lain ppotret real masyarakat, baik di dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial. Bahkan tidak jarang tarian yang disajikan menyampaikan pesan tentang peperangan melawan para musuh. Baiklah, langsung saja kita akan membahas tentang tarian adat daerah Sulawesi Selatan yang sudah kami himpun dari berbagai macam sumber yang ada di media sosial. 1. Tari Adat Ma’badong sumber Tari Ma’badong merupakan salah satu tarian adat Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Tarian Ma’Badong ini digelar pada upacara kemarian Rambu Solo’ yang telah dilaksanakan secara berkelompok, para peserta penari Ma’badong membentuk lingkaran dan juga saling berpegangan dengan mengaitkan jari kelingkingnya. Para peserta tari yang terdiri dari pria dan juga wanita setengah baya atau para orang tua dengan pemimpin Badong yang biasa disebut dnegan Indo’ Badong perempuan atau Ambe’ Badong laki-laki Pemimpin Badong akan melantunkan syair Kadong Badong0 atau semacam riwayat hidup dari orang yang sudah meniggal mulai dari lahir sampai ia wafat dengan cara memberikan kalimat-kalimat syari dan juga modus nada untuk dinyanyikan oleh semua kelompok penari sambil berbalas-balasan. Gerakannya pun memiliki ritme tersendiri yang mengikuti syair dari badong yang sudah dilantunkan tadi. a. Syarat digelarnya Tari Badong Berikut ini adalah syarat akan digelarnya tari Badong tersebut 1. Jumlah Penari Harus Lima Orang Tidak boleh lebih apalagi kurang dari lima orang. Jumlah inilah yang sudah menjadi sebuah tradisi dari dahulu hingga sekarang ini. Harus adanya kesepakatan bersama untuk mengurangi jumlah penari. Sampai tulisan ini diturunkan, kami tidak mengerti lagi kenapa harus berjumlah lima orang. 2. Syair Lagu Badong Adalah syair yang sudah terstruktur sesuai dengan keempat fungsi yang ditambahkan dengan riwayat hidup dari orang yang sudah meninggal. Tidak boleh syair yang di tampilkan yaitu syair yang tidak selaras dengan adat yang sudah berlaku. 2. Tari Adat Ma’Gellu Pada awalnya, tarian Ma’gellu ini dikembangakan pada Distrik Pangalla’, sekitar 45 km ke arah timur dari kota Rantepao, Kabupaten Toraja Utara yang terletak di provinsi Sulawesi Selatan. Biasanya tarian ini dapat dipentaskan dalam acara upacara adat khusus yang biasa disebut dnegan Ma’Bu’, yang berkaitan dengan upacara pentasbihan rumah adat Toraja atau Tongkonan, atau keluarga penghuni tersebut telah melakukan upacara Rambu Solo’ yang sangat besar atau Rapasaan Sapu Randanan. Seiring dengan berjalannya waktu, saat ini tarian Ma’gellu’ juga dapat dipertunjukan pada upacara kegembiraan misalnya pesta perkawinan, acara penerimaan tamu terhormat, dan juga syukuran panen. Fungsi dari tari adat ini dapat berubah dari waktu ke waktu. Hal ini dapat disebabkan banyak faktor yang telah mempengaruhinya. Salah satunya yaitu faktor geo sosial dan juga politik suatu daerah. Baca juga Upacara Adat Jawa Timur 3. Tari Adat Pa’Pangngan Tari adat Pa’pangngan merupakan salah satu kesenian daerah Sulawesi Selatan yang dipraktekkan oleh para gadis cantik yang mengenakan baju hitam atau gelap dan juga menggunakan ornamen khas Toraja misalnya Kandaure. Pangngan Ma adlaah menari pada saat menerima tamu-tamu terhormat dan juga untuk menyambut dengan kata-kata Tanda Mo Pangngan Mali’ki. Maksud dari Pangngan adalah Sirih dimana kata-kata dan juga penawaran sirih yang menunjukan nilai ditempatkan pada kunjungan dan juga menegaskan bahwa para tamu telah diterima dan sekarang sudah dianggap sebagai bagian dari masyarakat Toraja. Penawaran ini secara simbolis dinyatakan oleh masing-masing penari yang memegang sirih pangngan yang dalam perjalanan tarian, ditempatkan di dalam kantong di depan mereka. Kantong tersebut digunakan oleh wanita lansia kebanyakan di daerah desa-desa dan juga mengandung bahan untuk sirih menguyah sirih pinang campuran tersebut. 4. Tari Adat Pa’gellu Tari adat ini pada umumnya akan dapat dipentaskan di dalam rangkaian upacara adat Palgellu atau Ma’gellu, yakni di dalam bahasa setempat mempunyai arti menari-nari dengan gembira, sambil tangan dan juga badan bergoyang dengan gemulai, meliuk-liuk dan juga melenggak-lenggok. Para hadirin yang datang juga tampak gembira menyaksikannya, dan juga kegembiraan tersebut telah meliputi semuanya. Fungsi dari seni Pa’gellu yaitu dipertunjukan pada saat upacara adat yang sifatnya gembira misalnya syukuran rumah dan juga penyambutan para tamu yang datang dari luar daerah. 5. Tari Adat Pajoge Pada umumnya tari Pajoge ini dapat ditampilkan di istana atau kediaman kalangan ningrat. Penarinya yaitu pata gadis yang berasal dari kalangan rakyat biasa. Asal mula tarian ini hanya bentuk hiburan bagi kaum lelaki. Para penonton, umumnya berasal dari kalangan ningrat, duduk dalam lingkaran, para penari akan menari melingkat. Pada saat pertunjukannya, penari menari dengan seorang diri sambil menyanyi dan juga mencari pasangannya di antara penonton tersebut. Kemudian penari akan memberikan dauh siirh kepada lelaki yang sudah dipilihnya. Lelaki tersebut lantas akan menari dengan sang gadis. Selain sebagai salah satu tarian hiburan, tarian ini juga menjadi alat komunikasi dan juga penghubung antara raja dan juga rakyat, untuk dapat mendekatkan hubungannya agar rakyat tetap cinta kepada rajanya dan juga sebaliknya. 6. Tari Adat Pattennung Pesan yang ada dari Tari Pattennung ini yaitu menceritakan tentang para wanita-wanita yang berasal dari daerah Sulawesi Selatan yang sedang menenun. Ada sebuah pesan kesabaran dan juga ketekunan serta bagaimana gigihnya para perempuan Toraja Sulawesi Selatan yang menenun kumpulan benang menjadi sebuah kain. Adapun penari Pattennung ini memakai pakaian tradisional Sulawesi Selatan yakni berupa baju Bodo pandang, lipaq sabbe atau sarung, curak lakba, dan juga hiasan bengkara, rante ma’bule, ponto. Adapun beberapa properti yang digunakan adalah berupa sarung lempar. Kesenian daerah ini dapat diiringi dengan iringan instrument musik tradisional suling dan juga kendang untuk dapat menghidupkan suasana pertunjukan tari tersebut. Baca juga Ragam Gerak Tari 7. Tari Adat Gandrang Bulo Tarian adat Gandrang Bulo ini termasuk kedalam tarian daerah Sulawesi Selatan yang merupakan salah satu simbol bagi seorang masyarakat Makassar. Pada umumnya, tari ini biasanya dilakukan pada saat ada pesta rakyat. Kata Gandrang sendiri berasal dari dua kata, yakni “gandrang” yang berarti tabuhan atau pukulan dan juga “bulo” yang berarti bambu. Tarian ini sudah dikenal sebagai simbol keceriaan dari masyarakat karena didalamnya telah diselipkan berbagai humor. Akibat humor tersebut, para penonton yang banyak tertawa. Konon, Gandrang Bulo ini sejatinya sekedar tarian yang diiringi oleh alat musik tradisional gendang. Seiring dengan berjalannya waktu, tarian ini diiringi pula lagu-lagu jenaka, dialog-dialog humor namun sarat sebuah kritik dan juga ditambah gerak tubuh yang mengundang tawa. Terkadang pula diselipkan tari Se’ru atau tari Pepe Pepeka Ri Makka yang sering kali tampil sendiri di berbagai panggung pertunjukan. Meskipun demikian oleh masyarakat sekitar tetap saja ia dikenal sebagai bagian dari pertunjukan Ganrang Bulo. 8. Tari Adat Bosara Penampilan dari Tari Bosara ini dalam rangka untuk menyambut tamu kehormatan yang akan datang. Pada zaman dahulu kala, tari Bosara ini ditontonkan untuk mengisi acara penting untuk menjamu raja-raja dengan beberapa suguhan kue-kue tradisional sebanyak 2 kasera. Ternyata, selain memiliki fungsi sebagai sarana menyambut tamu raja, tarian Bosara ini pun digelar pada berbagai pesta misalnya sebuah pesta perkawinan. Kata Bosara ini sendiri telah menunjukan pada satu kesatuan utuh yang telah terbagi dalam piring, yang di atasnya di berikan alas kain rajutan dari wol, kemudian ditempatkan piring diatasnya juga sebagai tempat kue dan juga tutup dari Bosara. 9. Tari Adat Kipas Pakarena Tari Kipas Pakarena yang satu ini adalah salah satu tarian tradisional provinsi Sulawesi Selatan. Tari Pakarena berasal dari daerah Goa. Para penari wanita yang membawakan tarian ini memakai busana adat dan juga menari dengan gerakannya yang begitu khas serta memainkan kipas sebagai atribut menarinya secara serempak. Tari Kipas Pakarena ini biasa digelar pada berbagai acara yang bersifat adat maupun sebuah hiburan, bahkan tarian ini telah menjadi salah satu daya tarik wisata di provinsi Sulawesi Selatan, khususnya di daerah Gowa. Pada pertunjukan Tari Kipas Pakarena ini sejatinya ditampilkan oleh 5-7 orang penari wanita. Dengan berbusana adat dan juga diiringi musik pengiring yang dimainkan dari alat musik tradisional yang biasa disebut dengan gondrong rinci. A. Properti Tari Kipas Pakarena Tari Kipas Pakarena ini sendiri dimulai dengan kisah para penghuni negeri khayangan yang terpisah dengan penghuni bumi pada zaman dahulu kala. Sebelum berpisah, para penghuni khayangan mengajarkan beberapa gerakan yang lalu dipakai sebagai cara untuk mengucap syukur. Berikut ini adalah beberapa properti tari kipas pakarena yang digunakan adalah sebagai berikut a. KIPAS Namanya juga tari kipas pakarena, sudah pasti kipas menjadi salah salah satu properti tar kipas pakarena yang wajib ada. Tanpa kipas tari tersebut bukanlah menjadi nama tari kipas. Kipas ini dipakai oleh masing-masing para pemain yang terdiri dari 5-7 orang. Kipas yang dipakai juga cukup besar dengan warna yang cerah. Pada umumnya kipas yang dipakai yaitu yang berwarna merah. b. KALUNG Properti dari tari kipas pakarena yang kedua yaitu kalung. Kalung umumnya berwarna kuning emas, dengan beberapa hiasan yang berupa mutiara warna-warni pada bagian dalamnya. Properti ini sebagai sebuah perhiasan untuk menambah kecantikan para penari. c. GELANG Gelang juga adalah salah satu properti dari tari kipas pakarena. Gelang sendiri memang banyak digunakan di dalam berbagai macam tarian. Untuk gelang ini umumnya berwarna emas dengan ukiran-ukiran disemua bagainnya. d. BAJU PAHANG Pernah mendengan baju Pahang? Baju Pahang adalah sebuah tenunan tangan yang berasal dari daerah Sulawesi Selatan itu sendiri. Baju Pahang adalah salah satu busana dan juga sudah menjadi properti dari tari kipas pakarena. Kesan unik akan didapat pada saat seorang penari menggunakan baju Pahang tersebut. e. LIPA’ SA’BE Lipa’ sa’be adalah salah satu properti yang mana merupakan sarung sutra khas Sulawesi Selatan. Sarung sutra dengan corak yang khas daerah Sulawesi Selatan tersebut. 10. Tari Adat Ma’randing Tari Ma’randing adalah salah satu tarian tradisional provinsi Sulawesi Selatan yang biasa dipentaskan pada acara pemakaman besar biasanya orang dengan kasta tinggi. Kata Ma’randing ini berasal dari kata randing yang berarti “mulia ketika melewatkan” Tarian ini memamerkan kemampuan dalam memakai senjata tradisional Sulawesi Selatan dan juga dapat menunjukan keteguhan hati dan kekuatan seseorang yang meninggal selama hidupnya. Para penari memakai pakaian perang tradisional dan juga senjata. Kesenian ini secara mendasar merupakan sebuah tari partriotik atau tari perang. Tarian Ma’randing ini diperankan oleh sekelompok orang yang setiap orangnya membawa perisai besar, pedang, dan juga sejumlah ornamen. Ada arti yang tersirat banyak makna dari simbol yang ada. Perisai yang dibuat dari kulit kerbau atau bulalang ini menyimbolkan kekayaan, karena hanya orang kaya yang memiliki peliharaan kerbau sendiri. Pedang doke, la’bo’ bulange, la’bo pinai, la’bo todolo yang dapat menampilkan kesiapan untuk perang, yang dapat menyimbolkan keberanian didalam melawan para musuh di medan perang. Baca Juga Tarian Jawa Tengah 11. Tari Adat Pakkuru Sumange Tarian adat Pakkuru Sumange ini adalah tarian khas Soppeng. Sumange itu sukma, jadi Pakkuru Sumange adalah memanggil sukma. Tarian ini dapat menceritakan tentang kehidupan, supaya damai kehidupannya, tenang banyak rezekinya, dan juga diberkahi oleh Tuhan. Pasalnya, tidak ada jaminan berlimpah rezeki akan tetapi tidak diberkahi oleh Tuhan. Tarian adat Pakkuru Sumange ini umumnya dipentaskan sebagai tarian adat untuk dapat menyambut tamu yang menggambarkan salam sejahtera bagi tamu yang datang dan juga tuan rumah serta mohon doa restu, lambang persahabatan dan juga keakraban. Pakkuru Sumange mempunyai simbol tentang kehidupan, yaitu sebuah kedamaian, rezeki yang banyak dan juga berkah dari Tuhan. Simbol ini dapat di lihat dari sebuah perlengkapan tarinya. 12. Tari Adat Manimbong Tarian Manimbong adalah salah satu tarian yang hanya dapat ditampilkan secara khusus pada upacara adat Rambu Tuka’ oleh para penari pria. Sama halnya dengan tarian Rambu Tuka’ lainnya, tarian ini juga dapat diselenggarakan untuk dapat mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di dalam pertunjukannya, para penari memakai pakaian adat khusus yakni Baju Pokko’ dan juga Seppa Talli Buku yang berselempang kain antik. Tidak hanya itu, meraka juga dilengkapi dengan beberapa parang kuno atau la’bo’penai dan juga sejenis tameng bundar kecil yang bermotif ukiran toraja. Penutup Sekarang Anda sudah mengetahui apa saja tarianada yang ada di daerah Sulawesi Selatan. Berikan beberapa koreksi jika ada temukan beberapa kesalahan dalam penulisan artikel ini. Anda dapat menuliskannya di laman komentar yang posisinya dibawah. Sekian dan terimakasih. Tarian Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara merupakan provinsi yang mempunyai begitu banyak kesenian yang terus berkembang mengikuti budaya masyarakat setempat. Salah satu kesenian tersebut adalah tarian Sulawesi Tenggara yang sangat beragam dan masing masing mempunyai ciri khas serta keunikan tersendiri. Baca Juga 34 Tarian Daerah di Indonesia Nama, Gambar & Penjelasannya Tarian adat Sulawesi Tenggara setidaknya ada lebih dari 7 yang wajib anda ketahui, diantaranya akan kami jelaskan dibawah ini Tarian Sulawesi TenggaraTari DingguTari LumenseTari BalumpaTari Lulo atau MaluloTari GalangiTari MangaruTari UmoaraTari Honari Mosega Tari Dinggu Tari dinggu adalah tarian Sulawesi Tenggara yakni tarian rakyat yang menggambarkan aktivitas dan suasana masyarakat ketika musim panen tiba khususnya panen padi. Tarian ini umumnya ditampilkan penari pria dan wanita yang berpakaian seperti petani zaman dulu. Ini merupakan tarian adat Sulawesi Tenggara yang sangat terkenal dan sering ditampilkan dalam pesta panen raya, penyambutan, perayaan hari besar, festival budaya dan acara lainnya. Sesudah semua hasil panen padi terkumpul, maka masyarakat Sulawesi Tenggara akan melakukan modinggu yakni menumbuk padi secara beramai ramai yang dilakukan pemuda dan pemudi Sulawesi Tenggara. Sesudah acara tersebut selesai, maka berikutnya akan diakhiri dengan lulo bersama untuk hiburan dan melepas lelah sekaligus mempererat kebersamaan mereka. Tradisi tersebut masih terus dilakukan masyarakat Tolaki hingga akhirnya tari dinggu tersebut terbentuk. Tarian ini biasanya dilakukan 10 orang atau lebih penari pria dan tetapi jumlah penari juga bisa disesuaikan dengan setiap kelompok. Selain memakai kostum petani, para penari juga akan menggunakan properti seperti alu, tampah dan juga lesung. Untuk musik pengiringnya adalah gitar kecapi khas Sulawesi Tenggara dan juga kendang dengan irama padat akan tetapi ketika masuk ke gerakan lulo, maka irama akan semakin cepat. Penari wanita nantinya akan mengenakan kebaya dan kain sarung khas Sulawesi Tenggara. Sedangkan untuk aksesoris akan menggunakkan kalu dan hiasan rambut sambil membawa tampah dan sebagian lagi membawa alu kecil. Tari Lumense Tarian daerah Sulawesi Tenggara bernama tari lumense ini diambil dari bahasa penduduk yang terdiri dari 2 kata yakni lume berarti terbang dan mense berarti tinggi sehingga bisa diartikan menjadi terbang tinggi. Tarian ini berasal dari Kabupaten Bombana, Kecamatan Kabaena yang ditempati oleh suku Moronene yakni generasi suku Melayu tertua yang datang dari Hindia pada zaman pra sejarah. Tari lumense ini biasanya dipertunjukkan ketika menyambut tamu dalam pesta rakyat yang dilakukan 12 orang penari wanita sehingga bisa dikatakan ini merupakan tarian kelompok wanita. Dari 12 orang penari tersebut, 6 orang akan berperan sebagai pria dan 6 orang lainnya akan berperan tetap menjadi wanita. Untuk busananya sendiri juga terlihat sangat unik karena menggunakan busana adat Kabaena. Penari yang berperan sebagai wanita akan menggunakan taincombo yaitu baju adat Kabean berupa rok warna merah marun dan atasan berwarna hitam yang bagian bawah baju terlihat seperti ikan duyung. Sementara untuk penari yang berperan sebagai pria akan menggunakan taincombo berpadu dengan selendang merah serta korobi yakni sarung parang terbuat dari kayu yang akan dikenakan pada bagian pinggang sebelah kiri. Formasi dalam tarian ini juga terbilang menarik dari mulai maju mundur, bertukar tempat dan membentuk huruf “Z” kemudian berubah kembali membentuk huruf “S” yang disebut sebagai moomani atau ibing. Selama lagu sedang ditampilkan, maka juga akan diiringi alat musik tradisional seperti gong besar atau tawa tawa, gendang dan gong kecil atau ndengu ndengu. Tari Balumpa Balumpa adalah tari tradisional Sulawesi Tenggara lebih tepatnya berasal dari daerah Wakatobi yang masuk dalam jenis tari pergaulan untuk menyambut para tamu yang akan dipentaskan para wanita. Tarian ini menceritakan tentang sekumpulan gadis yang sedang berdendang diiringi lagu daerah dan musik gambir. Seperti yang sudah dijelaskan, tarian Sulawesi Tenggara ini hanya dilakukan oleh wanita meski ada juga beberapa pertunjukkan yang juga dilakukan oleh penari pria sebagai variasi. Untuk jumlah penarinya sendiri antara 6 hingga 8 orang yang bisa disesuaikan. Tarian ini akan terlihat semakin indah karena penari akan mengenakan busana adat berupa baju lengan pendek dan memakai kain panjang khas Sulawesi Tenggara lengkap dengan aksesoris seperti gelang, anting, kalung, hiasan kepala dan kain selendang untuk menari. Tarian ini masih terus dilestarikan hingga sekarang dan ada banyak kreasi serta variasi yang ditambahkan setiap pertunjukkan tari ini sedang dilangsungkan. Tari Lulo atau Malulo Tarian dari Sulawesi Tenggara ini merupakan tarian tradisional Suku Tolaki yang dilakukan secara massal baik pria atau wanita untuk acara pernikahan adat, panen raya dan perayaan adat lainnya. Dengan iringan alat musik tradisional dan lagu adat, para penari akan saling berpegangan tangan dan membentuk formasi lingkaran yang diwariskan turun temurun hingga sekarang. Karena dilakukan oleh banyak orang, maka tarian biasanya akan dilakukan pada tempat yang sangat luas dengan membentuk lingkaran berselang seling antara penari pria dan wanita. Berpegangan tangan dalam tarian ini ternyata juga memiliki aturan tersendiri. Telapak tangan pria harus berada di bawah telapak tangan pria yang dilakukan agar selama menari tangan pria tidak menyentuh area dada para wanita. Tari Galangi Ini merupakan tarian khas Sulawesi Tenggara lebih tepatnya dari Kepulauan Buton Raya yang menjadi tari perang dalam Kesultanan Buton. Tari galangi ini adalah ungkapan sekaligus spontanitas yang membentuk sebuah tarian untuk memperlihatkan pemakaian gala ketika sedang berhadapan dengan musuh. Tarian biasanya dilakukan untuk mengiringi Sultan pada saat akan keluar dari istana untuk melakukan tugas atau menyambut dan mengantar tamu Kesultanan. Tari galangi biasanya dilakukan 11 kelompok yang masing masing kelompoknya terdiri dari 7 orang. Dulunya, kelompok tersebut memiliki tugas mempertahankan Kesultanan dari serangan luar, akan tetapi tugasnya akan berubah ketika situasi masih aman. Setiap penari akan menggunakan busana Sala Kaitela yakni celana puntung dan membawa properti seperti gala atau tombak, tombi makuni atau bendera kuning, tombi male’i atau bendera merah dan juga tamburu atau genderang. Tari Mangaru Tari mangaru adalah tarian Sulawesi Tenggara yang lebih tepatnya berasal dari Desa Konde, Kecamatan Kambowa, Kabupaten Buton Utara. Tarian ini menggambarkan tentang keberanian pria zaman dulu ketika berada di medang perang. Para penari akan mempertunjukkan gerakan 2 orang pria yang saling adu kekuatan dengan menggunakan keris. Seperti jenis tari Sulawesi Tenggara lainnya, tari mangaru juga diiringi dengan beberapa alat musik tradisional seperti mbololo atau gong, kandi kandi serta 2 buah gendang terbuat dari kulit hewan. Sedangkan untuk musik umumnya memiliki tempo cepat yang disesuaikan juga dengan semangat para penari. Selain memperlihatkan kesenian, tarian ini juga sekaligus dijadikan ajang berkumpul warga setempat namun sayangnya semakin jarang ditemukan sekarang ini. Tari Umoara Tari umoara juga merupakan tarian adat Sulawesi Tenggara jenis tari perang yang ditampilkan untuk menyambut tamu dalam perkawinan bangsawan dan juga untuk mengantar jenazah bangsawan serta pelantikan seorang raja. Tarian ini menggambarkan tentang kewaspadaan dan ketangkasan ketika menyerang musuh sekaligus membela diri ketika berperang. Tarian yang berasal dari Suku Tolaki ini memiliki arti peperangan yang memang dulu digunakan untuk menyambut panglima perang ketika kembali dari berperang sekaligus menyambut para tamu kerajaan. Hingga sekarang, tarian ini masih dilestarikan namun fungsinya sudah berbeda yakni untuk menyambut para tamu yang sedang berkunjung ke Sulawesi Tenggara dan juga dalam acara pernikahan. Tari Honari Mosega Tari honari mosega yang merupakan tari tradisional Sulawesi Tenggara ini dulu dipertunjukkan sebagai atraksi sebelum dan sesudah perang. Ini merupakan tarian perang asli Liya, Kabupaten Wakatobi yang dilakukan sebagai bentuk motivasi dan semangat untuk para prajurit ketika berperang dan kegembiraan ketika menyambut kedatangan para prajurit sesudah perang sambil membawa kemenangan. Tarian Sulawesi Tenggara ini dilakukan oleh beberapa pria dimana akan ada 1 penari inti yang disebut tompidhe sambil emmegang tombak atau parang lengkap dengan 1 sampai 4 orang sebagai hulubalang yang disebut dengan manu manu moane sambil memegang tombak dan janur kuning untuk menangkal sihir atau bisa. Terkadang, dalam tarian juga terdapat hulubalang wanita yang disebut dengan manu manu wowine serta 1 orang pemukul gendang atau tamburu. Masing masing penari tompidhe dan manu manu moane tersebut akan dilengkapi juga dengan untaian gemerincing sehingga akan selalu berbunyi ketika bergerak. Tarian akan diisi dengan gerakan maju mundur beraturan yang merupakan gerakan silat Liya yang disebut Makanjara. Selama masa Kesultanan Buton, tarian ini sering dipertunjukkan dalam acara menyambut tamu agung dan acara adat untuk keturunan para bangsawan Liya. Tarian Sulawesi Selatan – Sulawesi Selatan memiliki penduduk serta latar belakang heterogen seperti Suku Bugis, Suku Mandar dan Suku Makassar yang sangat dominan. Setiap suku tersebut juga punya ciri khas adat istiadat serta kebudayaan yang berbeda beda. Dikatakan jika ada 316 jenis tarian adat Sulawesi Selatan. 98 tarian merupakan tarian Bugis, 66 tarian Makasar, 116 tarian Mandar dan 36 tarian Toraja. Agar lebih jelas, berikut kami berikan beberapa tari Sulawesi Selatan yang paling terkenal. Daftar Nama Tarian Sulawesi SelatanTari ManimbongTari Pa’gelluTari PakarenaTari PattennungTari Ma’randingTari Ma’badongTari Pa’pangnganTari Gandrang BuloTari BosaraTari Pajoge Tari Manimbong Tarian adat Sulawesi Selatan adalah tari manimbong yang hanya dipertunjukkan ketika upacara adat Rambu Tuka. Para penari adalah pria yang merupakan bentuk ungkapan rasa syukur pada Tuhan. Dalam pertunjukannya, tarian Sulawesi Selatan ini menggunakan kostum pakaian adat khusus bernama Baju Pokko serta Seppa Tallu Buku serta selempang kain antik. Para penari nantinya juga akan membawa parang kuno atau la’bo penai serta tameng bundar kecil bermotif ukiran khas Toraja. Tari Pa’gellu Tari Pa’gellu adalah tarian dari Sulawesi Selatan khususnya Tana Toraja yang biasanya tampil sebagai rangkaian upacara adat Pa’gellu atau ma’gellu yang berarti menari dengan gembira, sambil menggoyangkan tangan dan badan dengan gemulai, meliuk liuk lenggak lenggok. Tarian ini bertujuan untuk menghibur penonton sekaligus menjadi ungkapan rasa gembira dan sukacita. Gerakan dari tarian Sulawesi Selatan ini menceritakan semangat, keseimbangan sopan santun dan kebersamaan. Untuk upacara rambu tuka atau syukuran akan ditampilkan tari pa’gellu dengan meriah. Sedangkan untuk upacara kematian rambu solo maka menjadi tabu untuk ditampilkan. Tari Pakarena Tari pakarena merupakan tarian daerah Sulawesi Selatan yang diiringi dengan dua kepala gandrang atau drum serta sepasang instrumen alat musik seperti puik puik atau suling. Tari ini pertama kali ada di abad ke-17 tahun 1903 pada saat Panali Patta Raja dilantik menjadi Raja Gantarang Lalang Bata. Meski memang tidak ada data pasti kemunculan tarian ini, namun masyarakat setempat beranggapan jika tari ini memiliki hubungan dengan Tumanurung. Dalam kepercayaan masyarakat, Tumanurung merupakan bidadari yang turun dari langit. Tumanurung ini memiliki tugas untuk memberikan petunjuk bagi manusia di bumi. Tari Pattennung Ini merupakan tarian yang berasal dari Sulawesi Selatan yang berkisah tentang wanita Sulawesi Selatan ketika sedang menenun. Tari pattennung juga menggambarkan kesabaran serta ketekunan para wanita Toraja dalam menenun benang hingga akhirnya membentuk kain. Tarian Sulawesi Selatan ini memakai pakaian khas yakni baju bodo panjang, lipaq sabbe atau sarung, curak lakba, rante ma’bule, pontoyang dan juga hiasan bangkara serta properti berupa sarung lempar. Ketika tarian ini dilakukan, maka akan diiringi juga dengan alat musik tradisional seperti gendang dan juga suling. Tari Ma’randing Tarian khas Sulawesi Selatan bernama ma’randing biasanya akan dipentaskan ketika pemakaman besar seperti orang dengan kasta yang tinggi. Penari akan mengenakan pakaian perang tradisional sambil membawa senjata sehingga tari ini merupakan tari perang atau tari patriotik. Kata ma’randing sendiri diambil dari kara randing yang berarti mulia ketika melewatkan. Dalam tarian ini akan diperlihatkan kemampuan menggunakan senjata militer sekaligus memperlihatkan keteguhan hati serta kekuatan seseorang yang sudah meninggal tersebut. Tarian Sulawesi Selatan ini dilakukan beberapa orang yang membawa perisai besar, pedang dan beberapa ornamen lain. Setiap benda tersebut merupakan simbol dengan makna tertentu seperti perisai dari kulit kerbau atau bulalang sebagai simbol kekayaan karena hanya orang kaya yang memiliki kerbau sendiri. Sementara pedang atau la’bo bulange, la’bo pinai, dokter atau la’bo todolo menjadi simbol kesiapan dalam berperang serta keberanian. Tari Ma’badong Tari ma’badong adalah nama tarian Sulawesi Selatan yang biasanya dilakukan pada Rambu Solo atau upacara kematian. Tarian ini dilakukan berkelompok dimana pa’bodong atau peserta akan membentuk lingkaran lalu saling berpegangan dengan mengaitkan jari kelingking mereka. Para pa’badong dalam tarian Sulawesi Selatan ini umumnya merupakan pria dan wanita setengah baya atau orang tua dengan pemimpin badong yakni Indo Badong untuk wanita atau Ambe Badong untuk pria. Pemimpin badong kemudian akan melantunkan Kadong Badong atau syair seperti riwayat hidup dari orang yang baru saja meninggal dari mulai dilahirkan hingga meninggal. Sementara untuk nyanyian akan dilakukan saling berbalas dan gerakan memiliki ritme sesuai dengan syair badong yang sedang dilantunkan. Tari Pa’pangngan Tarian Sulawesi Selatan beserta gambarnya yang akan kami ulas adalah tari pa’pangngan yang umumnya dilakukan para gadis cantik memakai pakaian gelap atau hitam serta ornamen khas Toraja seperti kandaure. Pangngan Ma adalah menari ketika menerima tamu kehormatan sekaligus menyambut kata kata Tana Mo Pangngan Mali’ki, yaitu Kisorong sorong mati Solonna pengkaboro’ki Rande pela’i toda Mala’bi tanda kiala Ki po tannu matoto. Kata pangngan memiliki arti sirih yakni penawaran sirih memperlihatkan jika tamu yang sedang datang tersebut sudah diterima dan dianggap bagian dari mereka. Penawaran ini akan diungkapkan setiap penari secara simbolis dengan memegang pangngan atau sirih. Sepanjang tarian dilakukan, maka pangngan atau sirih itu akan ditempatkan dalam kantong di depan mereka. Tari Gandrang Bulo Nama tarian dari Sulawesi Selatan ini adalah tari gandrang bulo yang berasal dari dua kata yakni gandrang dan bulo. Gandrang memiliki arti pukulan atau tabuhan dan bulo memiliki arti bambu. Tarian ini biasa ditampilkan beberapa orang dengan suasana ramai dan ceria diiringi tabuan gendang dan tabuan bambu. Ketika ditampilkan, biasanya akan diberikan dialog kritis namun sangat menghibur seperti masalah sosial, politik dan juga budaya. Tarian Sulawesi Selatan ini biasanya digunakan seniman untuk mengeluarkan keluh kesah mengenai sesuatu yang juga sering digunakan masyarakat untuk merespon kondisi sosial di sekitar. Tari Bosara Tari bosara merupakan tarian asal Sulawesi Selatan yang diperuntukkan menyambut tamu kehormatan. Dari sejarah, tari ini biasa dilakukan pada acara penting menjamu raja dengan suguhan kue sebanyak 2 kasera. Tari ini juga sering ditampilkan ketika menyambut tamu aging, pesta kebiasaan serta pesta kawin sehingga seringkali dipertunjukkan untuk ucapan rasa syukur, hormat dan menyambut kehadiran tamu. Tari Pajoge Tarian Sulawesi Selatan ini biasanya diperlihatkan di istana atau kediaman kalangan ningrat. Para penari sendiri adalah gadis dari kalangan rakyat biasa yang berguna sebagai tari hiburan para pria. Penonton dari kalangan ningrat akan duduk membentuk lingkaran dan penari kemudian menari secara melingkar sambil menyanyi dan mencari pasangan di tengah penonton. Ketika sudah menemukan pasangan, penari tersebut akan memberikan daun sirih pada pria yang sudah dipilih dan pria tersebut akan ikut menari bersama gadis tersebut. Untuk itulah, tari pajoge ini dijadikan sebagai tarian hiburan sekaligus media penghubung antara raja dan rakyat agar hubungan bisa semakin dekat dan raja semakin dicintai rakyatnya. Dari catatan sejarah, tarian ini sudah ada sejak Kerajaan Bone dan ada juga yang mengatakan sudah ada sejak abad ke-VII. Umumnya penari yang dipilih memiliki paras cantik dan mempunyai kelebihan yang bisa menarik perhatian baik raja atau rakyat. Para penonton nantinya diberikan kesempatan untuk Mappasompe pada salah satu Pajoge yang ia inginkan. Selain itu, ketentuan dalam tarian ini adalah setiap pria yang ingin Mappasompe maka harus memberikan uang atau benda lain.

gambar tari dari sulawesi